Orchidmedianews.com - Makasar (12/10/2020), Sasa, Seorang gadis cantik mahasiswi Universitas Hasanuddin, Makassar yang videonya viral lantaran orasi Pancasila diganti angkat bicara soal videonya yang viral. Sasa mengaku orasinya itu memang dalam momentum aksi penolakan Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja (Ciptaker).
Sasa mengaku awalnya tidak menduga videonya itu viral di media umum dalam demo tolak Omnibus Law yang dilakukan massa aksi menurut buruh sampai mahasiswa pada tanggal 6 sampai 8 Oktober 2020. Padahal, orasinya itu telah dilakukan sejak lama . Tetapi Sasa enggan mengungkap saat orasinya itu.
"Saya tau (viral) selesainya lama saya orasi. Dari aku orasi tidak terdapat ji apa-apa," istilah Sasa dilansir dari news.detik.com, Jumat (9/10/2020).
Dalam video berdurasi 0,92 dtk tadi, tampak Sasa mengenakan kaos hitam berorasi di Jalan Urip Sumoharjo Makassar. Di sekelilingnya tampak sejumlah massa lain & kepulan asap dari ban yg dibakar di jalan. Sembari memegang pengeras bunyi berwarna merah, dia kemudian meneriakkan orasinya soal Pancasila yg telah terganti.
"Tendangan dibalas tendangan, darah dibalas darah, negara kita yg pungkasnya negara Pancasila kini menjadi negara pancasalah, 1 ketuhanan yang maha hormat, dua kemanusiaan yg adil bagi para birokrat, 3 persatuan para investor, 4 kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat penindasan dalam permusyawaratan diktatorian, 5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat kelas atas," kata Sasa pada orasinya yang disambut tepukan tangan massa aksi.
Meski videonya viral, Sasa mengaku tidak tabu telah melakukan orasi misalnya yg ada dalam video viral. Tetapi beliau sempat heran lantaran foto-foto & video dirinya saat orasi pulang ramai di media umum ketika marak demo penolakan Omnibus Law berdasarkan tanggal 6 sampai 8 Oktober kemudian.
"Saya kira orang orang terdekat ku ji yg tahu jikalau aku pernah orasi misalnya itu, & terdapat yg ambil gambar. Lantaran ini gambar tersebar jauh sesudah saya orasi, kemudian saya kaget," tuturnya.
Sasa kemudian mengungkap awal mula mengetahui aksinya itu viral pada media umum.
"Saya ad interim ada kesibukan, jadi jarang pegang hape. Jadi aku di tempat kerja, banyak sekali masuk notifikasi, malamnya aku buka, dua hari yg like orang luar seluruh yang publish, bukan orang Makassar, aku tidak memahami (kenapa begitu)," ungkapnya.
"Mungkin lantaran lagi momentumnya (terdapat demo) Omnibus Law & mungkin hal hal begini jarang mereka lihat, perempuan orasi dan lain lain sebagainya," lanjutnya.
Sasa pulang menegaskan, dirinya mengaku tidak malu menggunakan orasinya yg viral pada media sosial. Namun beliau mengaku risih karena banyak media yg mengungkap berita lain soal dirinya pada luar video orasinya yang viral.
"Dan menurutku saya tidak masalah (orasi viral), karena saya sudah tahu konsekuensinya jika saya berani bicara di depan generik niscaya bakalan terdapat orang yg ekspose, aku telah tahu konsekuensinya," jelasnya.
"Cuman yg saya permasalahkan media-media mainstream sekarang, media-media besar , banyak gara-gara medianya yg coba bikin framing sendiri dan bikin informasi tidak baik mengenai saya, akhirnya yg awalnya tersebar cuma objek masalah narasi demo, dan lantaran menjadi perempuan bisa demo, akhirnya seluruh keburukan-keburukanku dicari memahami, nah contohnya, katanya aku preman di kampus," ketusnya.
Sasa pun mengaku keberatan bila data pribadinya diumbar ke publik dampak aksinya viral.
"Misalnya (terdapat media) bikin narasi, apa pun yg saya gunakan pada lokasi aksi dipublish juga, ya maksudku tidak krusial sekali buat dinarasikan. Orang tidak penting ji tau apa yang saya kenakan itu hari dan kenapa harus sedetil itu," pungkasnya.
Dilansir dari: news.detik.com
Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.